Ketika Politik Dinasti Tumbang
![]() |
Foto Kolom: Ketika Politik Dinasti Tumbang (Pandeglang xyz) |
Oleh: Pandegslang
Di sebuah sudut sejarah, kekuasaan tumbang tanpa gemuruh. Politik dinasti di Banten, yang bertahun-tahun berkelindan dengan kekuatan simbol dan jejaring keluarga, kini terhempas, seperti sebuah mahkota yang terjatuh di tengah pertempuran yang sepi. Di sana, di antara kabut pagi dan riuh suara pasar, ada semacam keheningan baru: sebuah provinsi yang perlahan belajar berdiri tanpa tongkat tua kekuasaan yang pernah mengukuhkannya.
Banten bukanlah ruang hampa. Ia adalah tempat di mana sejarah mengendap seperti pasir yang bergerak lamban di bawah sungai Cibanten. Sejak awal reformasi, Banten menjadi panggung sebuah dinasti. Di tengah hiruk-pikuk otonomi daerah, lahir figur-figur yang memanfaatkan celah sistem. Keluarga menjadi poros, bukan hanya dalam makna biologis, tetapi juga dalam struktur sosial dan politik.
Dinasti ini bukan hanya kekuasaan; ia adalah narasi. Sebuah mitos yang diciptakan dengan cermat—tentang kejayaan, stabilitas, dan janji perbaikan. Seperti sebuah dongeng yang diulang-ulang, ia menjadi keniscayaan yang diterima begitu saja.
Tetapi mitos, seperti halnya ilusi, rapuh.
Kekuasaan selalu memiliki retakan. Di Banten, retakan itu mulai terlihat ketika beberapa anggota dinasti tersandung skandal. Korupsi adalah kata yang diucapkan dengan getir oleh rakyat, tetapi dibisikan dengan dingin di ruang sidang. Ketika satu per satu penguasa dinasti ini diseret ke hadapan hukum, dinding istana yang megah mulai berguncang.
Banten, yang selama ini diam, mendadak gelisah. Generasi muda, yang tumbuh dengan akses ke informasi tanpa batas, tidak lagi memandang kekuasaan dengan rasa takut atau kagum. Mereka bertanya—mengapa? Dan lebih dari itu, mereka mulai mengatakan, "Tidak."
Di dalam riak gelombang kecil, ada kekuatan untuk mengubah laut. Pemilu demi pemilu, suara yang dulu terkooptasi mulai berpindah arah. Figur-figur lain muncul, membawa janji perubahan.
Di sinilah politik dinasti menemukan batasnya. Tidak ada yang abadi dalam politik; bahkan dinasti yang tampak kokoh sekalipun akhirnya tumbang.
Tumbangnya politik dinasti di Banten bukan hanya sebuah peristiwa politik; ia adalah momen transisi budaya. Ketika nama-nama besar perlahan menghilang dari panggung, kita diingatkan bahwa kekuasaan adalah sesuatu yang cair. Ia bukan milik siapa pun, melainkan sebuah mandat yang terus berubah, seperti sungai yang tidak pernah sama meski tampak serupa.
Namun, sejarah adalah guru yang sinis. Ia mengajarkan kita bahwa setiap akhir hanyalah awal dari sesuatu yang baru. Ketika satu dinasti tumbang, mungkin saja akan muncul dinasti lain, dalam bentuk dan wajah yang berbeda. (*_*)
Ciwasiat, penghujung 2024.
Posting Komentar untuk "Ketika Politik Dinasti Tumbang "